Jumat, 20 Mei 2011

SEPENGGAL KEHIDUPAN
                Matahari senja segera meredupkan sinarnya. Berganti dengan gelap dan dinginnya malam. Kesunyian malam melanda hati Djoko yang sejak tadi berdiri mematung menunggu pembeli.  Matanya menatap kosong kedepan. Seolah tak ada lagi harapan dan cita-cita yang ingin dicapainya. Djoko seorang yang pendiam. Tidak suka banyak bicara. Ayahnya seorang yang suka sekali berjudi. Sedang Ibunya adalah seorang buruh cuci. Setiap hari ia hanya berjualan gorengan didekat stasiun sekedar memenuhi kebutuhan hidupnya.
                Setiap hari, seusai menjajakan gorengan. Djoko pergi kedepan gerbang sekolah. Sekedar untuk melihat dari jauh. Betapa bahagianya, orang-orang yang dapat mencicipi bangku pendidikan.
                “Andai saja aku bisa berada diantara mereka” gumamnya.
               


Tidak ada komentar:

Posting Komentar